Saturday, December 24, 2011

Jika Tuhan Suka Menyindir

Jika Tuhan Suka Menyindir:

Bersama dengan kekasih, kamu betah berlama-lama. Bersama dengan-Ku dalam do'a, kamu ingin cepat-cepat menyudahi?


Sehari tak bertemu dengan kekasih, kamu rindu tak karuan. Berkali-kali kamu tak menemui-Ku dalam sholat, tidak rindu sedikit pun?


Membaca novel dan majalah, kamu semangat melahapnya. Membaca ayat-ayat suci-Ku, kamu enggan menyentuhnya?


Menghabiskan uang untuk belanja dan foya-foya, kamu tak pikir panjang. Menafkahkan harta di jalan-Ku, kamu perhitungan?


Demi menemani kekasih pergi, kamu rela batalkan janji pertemuan lainnya. Demi menemui-Ku dalam ritual, tak mau korbankan hal lain sejenak?


Memuji kekasih, kamu pandai. Nama-nama indah-Ku, kamu tak tau?


Datang ke kantor, kamu usahakan tepat waktu, beralasan takut atasan. Terlambat menunaikan ibadah, kamu biasa saja?


Saat sakit, kamu meminta kesembuhan pada-Ku. Saat sehat, kamu berpaling lagi dari-Ku?


Saat susah, kamu datang memohon pada-Ku. Saat Ku beri sedikit kesenangan, kamu lupa pada Yang Memberi?




Itulah, jika Tuhan suka menyindir.

Tapi tentu saja Tuhan tidak demikian.
Ia punya cara yang lebih tepat untuk membimbing kita dalam naungan kasih-Nya.
Biar bagaimanapun, kita yang butuh Tuhan, bukan sebaliknya. Kita yang seharusnya tahu diri.
Saya pun sebenarnya sedang menyindir diri sendiri dalam tulisan ini, agar saya juga tahu diri :)

Wednesday, December 21, 2011

Tanya

Tidak semua pertanyaan dapat dijawab segera. Juga tidak semua pertanyaan perlu dijawab. Sama halnya dengan, tidak semua tanya perlu ditanya. Karena tidak semua jawaban akan menjawabnya. Terlebih jika nantinya kamu hanya akan mempertanyakan kembali jawabannya. 
Mungkin kamu bertanya apa maksudnya. Tapi kan sudah ku bilang, tidak semua tanya perlu ditanya. Tenang saja. Semua akan terjawab pada waktunya. Persiapkan saja dirimu untuk mengerti jawabnya kelak ;)

Monday, December 12, 2011

Jangan Menunggu

  1. Jangan menunggu bahagia baru tersenyum, tapi tersenyumlah, maka kamu kian bahagia.
  2. Jangan menunggu kaya baru bersedekah, tapi bersedekahlah, maka kamu akan semakin kaya.
  3. Jangan menunggu termotivasi baru bergerak, tapi bergeraklah, maka kamu akan termotivasi.
  4. Jangan menunggu dipedulikan orang baru kamu peduli, tapi pedulilah dengan orang lain, maka kamu akan dipedulikan.
  5. Jangan menunggu orang memahami kamu baru kamu memahami dia, tapi pahamilah orang itu, maka orang itu akan paham dengan kamu.
  6. Jangan menunggu terinspirasi baru menulis, tapi menulislah, maka inspirasi akan hadir dalam tulisanmu.
  7. Jangan menunggu ada proyek baru bekerja, tapi bekerjalah, maka proyek akan menunggumu.
  8. Jangan menunggu dicintai baru mencintai, tapi belajarlah mencintai, maka kamu akan dicintai.
  9. Jangan menunggu banyak uang baru hidup tenang, tapi hiduplah dengan tenang. Percayalah.. Bukan sekedar uang yang datang tapi juga rejeki yang lainnya.
  10. Jangan menunggu contoh baru bergerak mengikuti, tapi bergeraklah, maka kamu akan menjadi contoh yang diikuti.
  11. Jangan menunggu sukses baru kamu bersyukur, tapi bersyukurlah, maka bertambah kesuksesanmu.
  12. Jangan menunggu bisa baru melakukan, tapi lakukanlah! Kamu pasti bisa!

#ini gue dapet dari broadcast message. di akhir tulisan ada kalimat, "Jangan menunggu lebih lama lagi untuk membagi tulisan ini kepada semua orang, sehingga kita semua sadar bahwa Life is Beautiful" :)

Friday, December 9, 2011

Harmonisasi Logika dan Hati

Ini logika dan hati
Sengaja ku letakkan berdampingan
Biarkan mereka berdialog
Aku hanya ingin menyimak, tak ingin mencampuri
Sekian lama mereka bertengkar
Mungkin sekarang saatnya kompromi

Lihatlah bagaimana logika utarakan argumennya dengan tenang
Benar semua apa katanya
Juga dengarlah saat hati ucapkan persepsinya dengan lembut
Tak ada yang salah dengannya
Lalu kenapa titik temu itu tak kunjung datang?
Kenapa?
Haruskah salah satu dikorbankan?
Tapi bukankah keduanya penyeimbang diriku?
Terdiam mereka sejenak
Hening tanpa moderator
....

Hey..!
Lihat! Lihat itu!
Ada yang menari lincah sambil berbisik-bisik
Aha..! Dialah ego! Ya, ego!
Entah sejak kapan ia bersemai di antara mereka
Seringainya seolah mengejek
Tapi ini bagianku untuk mengusirnya
Ku ucapkan salam perpisahan kepada ego
Semoga ia tak akan rindu untuk berkunjung lagi
Semoga..

Logika dan hati kini tersenyum
Mereka berjabat tangan dalam kasih
Mengikrarkan janji perdamaian 
Serta melangkah bersama satu irama
Inilah yang ku sebut harmonisasi

Thursday, December 8, 2011

Mind-setting. Heart-setting.

Pernah ngerasa emosi atau sakit hati yang ngga ketulungan? Atau pernah berlarut-larut dalam kesedihan dan kegalauan? Intinya negative feeling deh. Hmm.. Everyone does, right? Pertanyaannya adalah apa ya penyebab kita bisa merasakan semua itu? Mungkin ada yang jawab ya karena ada orang lain yang jahatin kita, atau karena memang kita sedang berada dalam masalah atau kondisi sulit. Jadinya wajar aja kalo kita mengalami itu. Hmm.. Benarkah? Dulu gue pun juga menjawab seperti itu.

Beberapa minggu yang lalu, gue baca tweet dari Mas Jaya dan @ipphoright yang sebenernya udah pernah juga gue baca, tapi baru berasa jleb-nya sekarang. Isinya begini, "Sakit hati itu tidak akan terjadi kalau bukan diri kita sendiri yang mengizinkannya." Selain itu, dulu gue juga pernah baca kata-kata dari Mario Teguh atau Erbe Sentanu (gue lupa). Inti tulisannya, "Sayalah yang mengizinkan diri saya untuk sukses."

Nah!!

Kesimpulan yang gue dapet adalah, "Rasa senang, sedih, sakit hati, galau, bahagia, tenang, dsb hanya akan dirasakan oleh orang yang MENGIZINKAN hal-hal tersebut datang kepadanya. Orang lain atau kondisi/masalah sulit hanyalah pemicu, tapi tetep aja keputusan untuk memilih bahagia atau sedih ada di tangan kita sendiri."

Jadi kalo kita masih suka ngerasa galau atau sakit hati ngga jelas, sama aja dengan kita belum mengizinkan diri kita untuk bahagia. Dengan kata lain, kita (dengan sengaja) membolehkan diri kita untuk merasakan negative feeling itu.

Mungkin akan muncul pertanyaan, "Masa sih kalau lagi emosi atau sakit hati artinya diri kita sendiri yang mengizinkan? Itu kan suka datang dengan sendirinya, tanpa bisa kita handle. Lagian tiap orang pasti maunya pilih bahagia dong."

Menurut gue, sebagai manusia normal, wajar kalau kita bisa merasakan negative feeling itu. Tapi tidak wajar kalau kita berlarut-larut. Seharusnya negative feeling itu bisa SECEPATNYA kita netralkan dengan "mind-setting" dan "heart-setting" itu. Kenapa mesti dua-duanya? Emang apa bedanya? Berikut penjelasan (sok tau) dari gue: 

Mind---> logika, rasio. Heart ---> intuisi, perasaan

Mind setting ---> positive thinking. Heart-setting ---> positive feeling

Positive feeling and positive thinking will always attract good things surounding you

So, in my opinion, dalam kehidupan sehari-hari logika dan feeling harus dipakai secara seimbang dan ngga bisa digunakan salah satunya aja. Karena banyak hal di dunia yang ngga bisa diukur dengan logika, juga banyak hal yang tidak bisa kita ikutin berdasarkan perasaan aja. Memang ada saatnya di mana kita harus menggunakan salah satunya lebih dominan. Tapi, di situlah peran mind-setting dan heart-setting supaya kita bisa menggunakan logika atau perasaan kita dengan bijak.

Pertanyaan berikutnya adalah, "Terus gimana caranya men-setting hati dan pikiran supaya tetap positif?"

Tiap orang sepertinya punya cara yang berbeda. Ada yang harus menyendiri dulu untuk menetralkan pikiran hingga positif kembali, ada juga yang perlu meminta orang lain untuk mengingatkan. Yang jelas gimana pun caranya, harus bisa secepatnya back to positive. Dulu gue pernah menerapkan cara "membuang energi negatif di atas kertas". Yup, gue menulis segala macem uneg-uneg then buang ke tempat sampah. Terus gue anggep semua negative feeling itu udah ilang ke dalam tempat sampah. 

Tapi kalau sekarang gue lebih menerapkan semacam sosok "wasit" dalam diri gue. Nah sosok ini tugasnya memberi penilaian terhadap diri gue. Setiap saat gue akan selalu bertanya sama dia, "Ini gue lagi dalam aura positif atau negatif, Sit?"

Jadi si "wasit" ini perannya netral dan ngga boleh terpengaruh sama kondisi apapun yang sedang gue alamin. Dari situ barulah logika dan feeling gue harus bisa dinetralisir dan dikembalikan ke energi positive. Yang jelas ego juga mesti dituruniiiiin banget untuk bisa melihat segala sesuatu dengan jernih.

Btw, kok rasanya gue kaya punya banyak personality gini ya? Hehe.. Intinya gue cuma pengen men-setting pikiran dan hati, sehingga gue sadar bahwa apa yang gue rasakan itu sepenuhnya atas seizin diri gue sendiri.

Hmmm.. Mungkin akan ada yang berkata, "Yah kalau ngomong begini doang mah gampang. Tapi faktanya kan susah men-setting hati dan pikiran biar tetap positif."

Yup, gue juga ngga bilang ini gampang. Tapi biasanya sesuatu yang terasa sulit karena kita-nya yang belum biasa. Padahal kalau sudah biasa, lama-lama jadi bisa dan terasa gampang. Yang harus kita lakukan sekarang, hanya MEMBIASAKAN diri untuk men-setting pikiran dan hati ke gelombang positif, walaupun susah. Inget aja ini; kalau kita belum merasa bahagia, artinya diri kita sendiri yang belum mengizinkannya. Bahagia atau galau itu pilihan, bukan takdir. :)

Eh, dari tadi gue nulis apa sih? Kaya udah bener aja guenya. Haha.. Yaudah deh. Sekian saja.
Gue posting ini tujuannya hanya untuk share kok, bukan untuk menggurui. Lebih tepatnya gue posting ini buat mengingatkan diri gue sendiri biar ngga labil. Hehe.. 

~Salam Bahagia Untuk Kita Semua~ :D

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktop